Bedah Manhaj Haraki 1 KAMMI LIPIA
Oleh: Saihul Basyir
Tema: Strategi Pergerakan dan Perjuangan Politik dalam Siroh Nabawiyah
Pemantik: Ustaz Najmu Fuadi, S.Pd.I
Moderator: Saihul Basyir
Hari/Tanggal: Jumat, 25 Maret 2016
Tahapan Penyusunan Sejarah
- Heuristik: Pengumpulan sumber.
- Verifikasi: Uji otentisitas sumber.
- Interpretasi: Penyatuan dan pengurutan kronologis sumber-sumber.
- Historiografi: Penulisan sejarah.
Manhaj Haraki memiliki keistimewaan dalam tahap keempat, yakni historiografi. Metode penulisan Dr. Munir Muhammad al-Ghadban dalam “Manhaj Haraki” menyusun peristiwa secara sistematis dan strategis, mirip seperti struktur kerja seorang moderator.
Lima Tahapan Periode Siroh Nabawiyah dalam Buku Manhaj Haraki:
- Sirriyatud Da’wah wat Tandzhim: Dimulai dari pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul hingga turunnya ayat “Wa andzir ‘asyiiratakal aqrabiin” sebagai perintah dakwah terang-terangan.
- Jahriyatud Da’wah wa Sirriyatut Tandzhim: Berakhir pada tahun kesepuluh kenabian.
- Iqomatud Daulah: Berakhir pada awal tahun hijrah.
- Ad-Daulah wa Tatsbit Da’a’imiha: Berakhir pada peristiwa Perjanjian Hudaibiyah.
- Intisyarut Da’wah fil Ardl: Berakhir dengan wafatnya Rasulullah SAW.
Manhaj ini menjadi pelengkap dari konsep Maratibul ‘Amal yang dirumuskan oleh Hasan al-Banna, menjadikan Manhaj Haraki sebagai salah satu landasan strategis gerakan Islam kontemporer.
Menurut pemantik, seluruh gerakan Islam ibarat perangkat ponsel, dan Manhaj Haraki adalah sistem operasinya (OS). Tidak semua perangkat cocok, tetapi efektivitas OS ini bisa menjadi acuan bagi banyak gerakan.
Kader KAMMI dianjurkan membaca buku ini agar memiliki pola pikir strategis dalam pergerakan dakwah, sebagaimana Rasulullah memiliki strategi matang dalam menyampaikan risalahnya.
Keberhasilan Rasulullah bukan semata karena pertolongan Allah, tetapi karena perencanaan matang dan usaha maksimal sebelum bertawakal.
Maratibul ‘Amal dan Implementasi Kontekstual di Indonesia
Lima tahapan kerja dakwah menurut Hasan al-Banna:
- Perbaikan diri sendiri (Fardiy)
- Pembinaan keluarga (Usariy)
- Pembinaan masyarakat (Mujtama’iy)
- Reformasi pemerintahan (Dauliy)
- Membangun peradaban global (‘Alamiy)
Untuk konteks Indonesia, pemantik menyarankan memulai dari tahap kedua—dakwah terbuka namun dengan penataan yang strategis (Jahriyyatuddakwah wa Sirriyatut Tandzhim), seiring terbukanya ruang demokrasi dan kebebasan berpendapat.
Perbedaan historis dan geografis antara Indonesia dan Makkah–Madinah pada masa Rasul tidak menafikan tahapan ini, melainkan hanya menuntut penyesuaian kontekstual. Yang lebih berpengaruh adalah kondisi geopolitik Indonesia saat ini.
Metode Manhaj Haraki tidak bisa diterapkan secara mentah, karena Rasul memulai dari nol di tengah masyarakat jahiliyah. Sedangkan kita kini sedang berupaya mengembalikan kejayaan Islam yang sempat hilang.
“Setiap gerakan Islam ibarat ponsel. Manhaj Haraki adalah sistem operasinya. Tidak semua perangkat cocok, tapi efektivitasnya tak dapat disangkal. Ke depan, sangat mungkin lebih banyak yang beralih menggunakan OS ini karena manfaatnya yang besar.”
Disadur dari blog pribadi penulis yang dirilis pada Maret 2016